Menyinggung soal wanita, banyak orang bilang bahwa hati wanita lebih sensitive dibanding pria. Ternyata Allah telah menganugerahi kepada mereka banyak kelebihan baik dari segi fisik maupun rohani. Wanita identik dengan kelembutan dan kehalusan. Air mata mereka adalah suatu kewajaran, sebuah standar ketika hatinya mengeluh dan sebuah gejolak ketika hatinya tersapu haru.
Mungkin kita dari kaum Hawa pernah merasakan susah menjadi wanita muslimah. Seperti ini gambaran dalam benak kita:
- Aurot wanita lebih susah dijaga banding aurot lelaki.
- Wanita perlu meminta izin kepada suaminya apabila mau keluar rumah. Tetapi tidak sebaliknya.
- Wanita, persaksiannya kurang dibanding lelaki.
- Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki.
- Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak. Taruhannya adalah nyawa.
- Wanita wajib taat kepada suaminya (dalam hal kebaikan) tetapi suaminya tidak harus selalu taat.
- Talak terletak di tangan suami dan bukan istri.
- Wanita kurang dalam beribadah karena masalah haid dan nifas yang tidak ada pada lelaki.
Mungkin itu gambaran dalam benak kita, hihihi. Tetapi wahai wanita muslimah yang disayangi Allah, pernahkah kita lihat sebaliknya ?
- Jika mereka mengatakan bahwa wanita aurotnya lebih susah dijaja dibanding lelaki, bukankah – dipermisalkan – seperti sebuah benda mahal harganya yang dijaga serta disimpan di tempat teraman & terbaik? Sudah pasti intan permata tidak akan dibiarkan berserakan bukan? Itulah analogi seorang wanita dalam islam.
- Wanita perlu taat para suami tetapi lelaki wajib taat kepada ibunya 3x lebih taat / utama dari bapaknya. Bukankah ibu adalah seorang wanita?
- Wanita menerima warisan kurang dari lelaki tetapi harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya. Sebaliknya manakala lelaki menerima warisan, ia perlu dan wajib menggunakan hartanya untuk istri dan anak-anaknya.
- Bukan karena wanita lebih rendah, tapi karena Islam ingin adil sesuai peran dan kondisi masing-masing. Dalam urusan yang dulu lebih sering dipegang laki-laki, dua wanita disandingkan agar bisa saling menguatkan dan menjaga kebenaran kesaksian. Jadi, ini bukan soal nilai, tapi soal keadilan yang mempertimbangkan perbedaan peran dan tanggung jawab.
- Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi setiap saat dia dido’akan oleh segala makhluq, malaikat dan seluruh makhluq Allah di muka bumi ini. Dan apabila ia meninggal karena melahirkan, maka ia adalah syahid.
- Hak talak di tangan suami bukan untuk menindas, tapi untuk menyeimbangkan tanggung jawab. Yang memegang kendali rumah tangga juga yang memikul beban paling besar jika berpisah. Sementara istri tetap dijaga haknya lewat mekanisme lain yang adil dan melindungi martabatnya. Dalam islam pun ada Khulu’ untuk para istri. khulu’ adalah perceraian dari pihak istri.
- Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggung jawabkan terhadap 4 wanita; Istri, ibu, anak perempuan, dan saudara perempuannya. Sebaliknya seorang wanita tanggung jawabnya ditanggung oleh 4 lelaki; Suami, ayah, anak lelaki, dan saudara lelakinya.
- Seorang wanita boleh memasuki surga melalui pintu surga mana pun yang ia sukai cukup dengan 4 syarat; Shalat 5 waktu, puasa bulan Ramadhan, taat pada suami, dan menjaga kehormatannya.
- Seorang lelaki perlu berjihad fi sabilillah, tetapi jika wanita taat pada suaminya serta menunaikan tanggung jawabnya kepada Allah diapun menerima pahala seperti pahala orang pergi berperang Fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.
MasyaAllah, demikian sayangnya Allah kepada wanita. Karena itu sebagaimana sabda baginda Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
Ad-dunya mata’un wa khoiru mata’iha Al-Mar’ah Sholihah.
Yang artinya: Dunia adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah. (Shahih Muslim #2668).